Saya sering terjebak dalam posisi sulit di protocol jalan di Jakarta, masuk tol dalam kota tapi kena macet atau ambil jalan arteri tapi ditilang polisi karena kena aturan 3 in 1. Kalau sudah seperti ini pilihannya pun 2, yaitu masuk jalan toll dan kena macet lalu uring-uringan dan ngedoain pengelola toll dan fauzi bowo yang tidak-tidak, seperti semoga kumisnya tiba-tiba hilang dan tidak tumbuh lagi, atau semoga tiba-tiba rumahnya kebanjiran, atau semoga kecanduan ngupil pake jempol kaki. Pilihan yang kedua yaitu masuk jalan arteri lalu ‘angkut’ joki 3in1, pilihan ini tetap tidak berbebas dari keinginan bersumpah serapah untuk Gubernur DKI dan kali ditambah dengan ngedoain yang tidak-tidak untuk Menpora dan ketua PSSI.
Secara matematik dasar, naik tol lebih menguntungkan karena ‘hanya’ membayar Rp. 6500 saja, sedangkan angkut joki perlu biaya Rp. 15.000-20.000/ joki dan jika hanya sendiri berarti saya harus angkut 2 joki. Namun hidup di kota yang lebih kejam dari Ibu tiri ini, rasa was-was dan penuh curiga terhadap orang yang baru dikenal apalagi joki yang notabene saya angkut dijalan seringnya melebihi rasa takut terhadap Surat Peringatan karena datang terlambat dikantor. Apalagi joki tidak mengenal standar SNI atau mendapatkan ijazah kelulusan sebagai joki yang santun dan rajin menabung. Kita hanya punya waktu sekitar 5-10 detik untuk menilai calon joki yang akan kita angkut ini adalah joki professional atau jangan-jangan dia adalah jelmaan Anggodo dan anggota dewan yang siap rampok uang rakyat kecil seperti saya. Keadaan kikuk seperti inilah yang sering membuat saya ahirnya memutuskan untuk masuk toll daripada lewat jalan arteri. Padahal menggunakan jasa joki 3 in 1 jelas bisa bermanfaat untuk bersenang-senang di atas kemacetan orang lain setidaknya sepanjang 2-3 Km, karena anda tidak kena macet seperti kalau anda naik tol, anda tahu kan di Jakarta 1 km saja bisa menghabiskan 30 menit perjalanan. Walopun setelah itu anda akan seperti peserta salaman open house lebaran di rumah presiden, antri dengan harapan semu.
Tapi Joki 3 in 1 tidak seseram yang kita bayangkan, tengoklah berita di tivi, rasanya jarang sekali berita kerampokan joki 3 in 1 daripada kebakaran busway. Mereka lebih punya etika dibanding aparat partai politik yang nonton tari perut di Turki pake uang Negara. Untuk lebih meyakinkan anda memilih joki 3in1 yang baik dan terpuji saya kasih tips sedikit (i) dari kejauhan anda sudah bisa melihat barisan mereka beroperasi, coba liat apakah mereka pake atribut parpol atau ga, yang ga pake jaket parpol itu lebih beradab (ii) dari dekat lihat apakah dia berkumis tebal atau engga, kalau dia berkumis tebal jangan sampai anda pilih dia jadi gubernur lagi (iii) kalau anda tidak sempat liat muka mereka, anda tanya dulu namanya siapa, kalau dia ngaku Nurdin Halid percayalah mending anda angkut dia bawa ke rengasdengklok untuk medeklarasikan kemerdakaan PSSI atas penjajahannya.
RGI. 141212. Budut
1 comment:
hahaha...
cetusan keprustasian hiruk pikuk ibu kota...
Post a Comment