Hiburan utama dikantor saya saat ini ada 2, yang pertama saat terima gaji, dan yang kedua saat bermain bulutangkis.
Saat menerima gaji rasanya saya baru saja dilantik sebagai seorang karyawan yang menjunjung tinggi nilai dan ahlak luhur yang telah menghayati pengamalan sila-sila Pancasila, begitu terhormatnya saat itu, saat bersalaman dengan ibu kasir, sepertinya saya sedang bersalaman dengan Menteri Sosial yang memberi saya piala kalpataru dan siap-siap ke podium untuk memberikan kata sambutan. Walapun setelah melihat struk setor gajinya saya (lagi2) tertunduk lesu seperti aktor sinetron yang gagal memenangkan piala citra.
Bulutangkis tak kalah membuat gembiranya. Saya bermain bulutangkis setiap hari selasa, tapi hari senen adalah adalah hari yang menggairahkan dalam mempersiapkan dan saling say war diantara sesama pemain. Hari rabu, adalah hari recovery dan hari pembantaian kata2 terhadap siapapun yang kalah. Hari kamis dan jumat adalah hari sosialisasi dan saling mengingatkan kembali untuk bermain bulutangkis. Artinya dalam lima hari kerja, pembicaraan bulutangkis tidak pernah libur, tema bulutangkis tidak kalah penting dari acara menghujat kinerja atasan, tidak kalah update dari berita Gayus dan tidak kalah hot dari sarah azhari.
Bagi kami, bulutangkis lebih dari sekedar latihan fisik dan permainan. Bulutangkis adalah media pembentukan mental yang tangguh dalam menerima serangan dan menyerang dalam bentuk fisik smesh-an ataupun kata-kata. Jangan harapkan pengakuan, pujian atau tepuk tanga ketika anda menang, kalau kalah siap-siap lah anda seperti peserta kuis family 100 yang harus berpikir cerdas dan cepat walau jawabannya tidak perlu benar. Tanpa ejekan dan cercaan di bulutangkis ini, seperti fauzi bowo tanpa kumis, tidak syah secara syar’i.
Walau penting, skill menjadi factor nisbi yang tidak menentukan segalanya di sini. Buat saya dan pasangan double saya khususnya, skill kelemahan kami adalah menyerang, sedangkan bertahan pas-pasan, dropshot belum terlatih baik sedangkan untuk main lob kami seperti manula yang kena komplikasi asma-jantung dan gusi berdarah.
Entah apa yang salah, padahal idola saya adalah killing smash-nya Haryanto Arbi, dropshotnya Riki Subagja dan sundulan Ajat Sudrajat. Kami rasa yang membuat kami masih bisa mengimbangi permainan lawan hanyalah skill dalam serangan mental dan kata-kata, mirip-mirip dengan atlet idola kami yang lain, Muhamad Ali. Oleh karena itu, untuk siapapun lawan kami dipalangan kami tidak pernah takut dan minder, kami hanya akan sedikit ngeri jika pasangan lawan kami adalah Ruhut Sitompul-Nurdin Halid, Gayus Tambunan-Anggodo, atau Tifatul Sembiring-Michelle Obama.
Bermain kata-kata dengan mereka seperti mengajarkan Fauzi bowo cukur kumis.
Namun diatas semua, bermain bulutangkis adalah sebuah integritas. Tanpa pengadilan kami tetap jujur, tanpa polisi tetap tidak berkonflik, tanpa KPK tidak korupsi skor dan tanpa Aburizal Bakri kami tetap bisa sewa lapangan.
RGI. 251110. Jkt
* .. dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata (WS Rendra)
No comments:
Post a Comment