Mungkin anda pernah ikut seminar besar atau konferensi marketing yang diadakan oleh salah satu lembaga konsultan marketing terkenal di negeri ini. Audiens yang hadir hampir berjumlah penonton Bulutangkis Indonesia Terbuka di Istora, para undangan necis hampir sulit membedakan antara peserta seminar atau undangan pernikahan, makanan mewah sekelas hotel bintang 5 sepertinya cukup untuk tidak makan 3 hari hanya dengan melihatnya. Spanduk, brosur, banner yang ada lebih mirip kampanye parpol untuk pemilihan bupati, mungkin yang agak kurang hanyalah tidak ada penyanyi dangdut saja.
Tapi ternyata seminar mewah dan besar bisa meng-service audiens nya dengan detail. Untuk kemana-mana, ke toilet, tempat makan, mushola semua informasinya minim malah saeperti permainan misteri atau teka teki, tidak ada petugas yang bisa kita tanyai. Mencari tempat duduk saja kita kadang dibuat clingak clinguk dulu mencari sendiri kursi yang kosong. Saat pembicara menyampaikan materi audiens lebih mirip rombongan tawon yang tidak makan 3 hari. Giliran makan, undangan yang necis itu lebih tidak tahu malu antri dan lebih tidak teratur dibanding antrian pembagian daging hewan qurban di rumah Fauzi bowo.
Namun yang saya rasakan saat seminar yang dilaksanakan BATAN di RSHS Bandung ini, saat saya bingung mencari parkir saja, sudah ada panitia yang stand by di pinggir jalan untuk mengantar saya ke tempat parkir. Sepanjang perjalanan guide tersebut ngobrol santai dan seolah sudah terlatih betul menjadi guide. padahal setelah saya tanya bapa ini sehari-hari adalah petugas foto gamma camera.
Sampe di tempat parkir bapak ini mengantar saya hingga meja resepsionis dan lalu mengantarkan saya ke tempat duduk. Rasanya karpet merah membentang di depan saya sepanjang perjalanan kedatangan ini.
Di ruang sidang pun, yang tidak lebih dari 50 orang, audiens bergitu seksama dengan materi yang ada, hening, syahdu seperti penonton tenis wimbledon Jim Courr vs Pete Sampras. Termasuk saya begitu yakin manggut-manggut pura-pura jadi orang yang begitu intelek, maklum audiens rata-rata adalah peneliti handal BATAN dan dokter spesialis dari RSHS, sedangkan saya lolos gelar apoteker saja kadang-kadang sering direnungi malam hari, kok bisaa yaa lolos..
Makanan tidak bergitu banyak tapi soal rasa dan porsi begitu terasa pas di lidah orang Indonesia dari kelompok bangsawan seperti saya(baca : bangsanya karyawan), antrian pun tidak lebih mengantri dari beli tiket karcis kereta Ekspress Bogor – Jakarta kota. Sebelum pulang kita semua disapa persis seperti pramugari mengumbar senyum pada saat turun pesawat. Rasanya saya jadi wisudawan di hari itu, acara seolah-olah diadakan untuk merayakan kedatangan saya dan wisudawan yang lain.
Saya pikir lembaga konsultan marketing itu harus belajar banyak dari acara BATAN ini, skala kecil tapi service memadai, tidak hanya skala besar tapi servicenya kerdil.
RGI. 041110. budut
No comments:
Post a Comment