Tuesday, March 05, 2013
Keluarga M.U Sukria (2)
Sebelum masuk ke anak no.3, saya bercerita dulu tentang leluhur kami.
Dulu diceritakan didaerah bandung utara yg seharusnya berlimpah ruah air, ada suatu daerah yg mengalami kekeringan (raat wae caina). Hiduplah disana seorang berilmu tinggi,jauh lebih tinggi dari Brama kumbara atau The Great Alexander sekalipun, yaitu Mbah Ngabeui. Mbah ngabeui melihat daerahnya kekeringan, dia lalu membuat saluran air menembus gunung, agar air mengalir ke masyarakat. Atas jasa mbah ngabeui tersebut mengalirlah air dengan deras di daerah itu yang dulunya cainya suka raateun. Maka daerah tersebut disebut Cirateun, artinya loba cai didaerah nu baheula caina sok raateun.
Namun sayang Mbah ngabeui tidak bisa diangkat jadi pahlawan nasional, ironisnya malah dianggap penghianat bangsa karena melindungi prajurit tentara prancis yang saat itu kabur dari ngamandoran pembuatan jalan Anyer-Panarukan.
Lalu Mbah ngabeui menjodo2kan tentara prancis tersebut dengan penduduk lokal cirateun dan lalu mereka berakulturasi. Hasil akulturasi tersebut bisa dilihat dari nama2 org cirateun yang keprancis-prancisan seperti Enouch, karena dilafalkan oleh org Cirateun maka jadi Enok. Atau Ayrouche dilafalkan menjadi Iroh. Serta Mayzyarouch, akan dilafalkan penduduk lokal menjadi Maesyaroh, itulah Ibuku.
Sebetulnya Mbah Ngabeui itu bukan pengkhianat bangsa, tapi dia bageur sama semua orang. Selain menerima dgn tangan terbuka tentara prancis yg kabur dari ngamandoran pembuatan jalan Anyer-Panarukan, Mbah ngabeui pun menerima dgn tangan terbuka pekerja-pekerja rodi yg membuat jalan tersebut. Untuk menghindari konflik antara tentara prancis dengan pekerja rodi di cirateun, maka mbah ngabeui memindahkan pekerja rodi itu ke penjuru seperti Cihideung, Pasir Karamat dan Cikeas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment